Berdiri Untuk Menghormati Orang Lain, Syirik?


Firman Allah, Al Ahzab: 6
 al-ahzab6.png
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri”
 
Al An’am: 165
al-anam165.png
Dan Dia lah yang menjadikan kamu para khalifah di bumi, dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.”


Menghormati Orang Terhormat dengan Berdiri
Sejak lebih 1000 tahun, yakni di masa awal islam mulai berkembang, sampai dengan masa millenium ketiga ini, ulama-ulama ahlussunah wal jamaah dan para pengikutnya terbiasa dengan mantap berdiri melakukan penghormatan terhadap orang-orang yang mulia. Hal ini malah sudah menjadi adat kebiasaan di kalangan ahlussunnah. Namun sayang, akhir-akhir ini mulai timbul riak-riak kecil yang mempersalahkan penghormatan ini. Kini telah muncul  segelintir umat Islam yang sangat tidak senang atas prilaku pengikut ahlussunah itersebut. Terkadang celaan yang muncul dari segelintir umat ini agak keterlaluan pedasnya, sampai-sampai menuduh pengikut ahlussunnah melakukan kultus individu yang menyimpang dari ajaran Islam, bahkan sampai dituduh musyrik.
Benarkah demikian…..?
Firman Allah dalam surat Al Mujadalah: 11 tentang berdiri dalam majelis:
al-mujadalah11.png
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Sebenarnya ada banyak dalil yang datang dari Nabi serta para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum tentang berdiri menghormati orang terhormat. Salah satunya adalah sebuah hadis shahih yang diceritakan oleh Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu ketika beliau baru saja diterima tobatnya,  karena tidak ikut menyertai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada peperangan Tabuk.
Kisah itu sebagai berikut: “Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Aku kemudian pergi ke masjid untuk menjadi makmum di belakang Rasulullah, maka orang-orang telah datang kepadaku gelombang demi gelombang menyampaikan pernyataan bahwa ayat quran telah turun, dan taubatku diterima oleh Allah, seraya mereka berkata, “Semoga engkau berbahagia dengan penerimaan taubat mu oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala “. Aku pun kemudian memasuki masjid dan mendapati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sedang duduk dikerumuni orang banyak. Thalhah bin Ubaiydillah Radhiyallahu ‘Anhu lalu berdiri menghormatiku seraya berlari-lari kecil ke arah ku. Kemudian beliau menjabat tangan ku dan mengucapkan selamat kepadaku. Demi Allah, selain Thalhah tidak ada orang lain dari kaum muslimin yang berdiri menyambut kedatangan ku. Kebaikan Thalhah itu tidak dapat aku lupakan….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain diceritakan dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata;
hadist_hormat_1.png
“Aku tidak melihat seorang pun di antara manusia yang lebih menyerupai nabi dalam hal berdialog, berbicara, dan cara duduknya selain Fatimah Radhiyallahu ‘Anha ”. Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Apabila nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melihat Fatimah datang beliau menyambutnya serta berdiri untuknya, lalu menciumnya sambil memegang erat tangan Fatimah itu. Kemudian Nabi menuntun Fatimah sampai mendudukkannya di tempat beliau biasa duduk. Sebaliknya, apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang datang kepadanya, Fatimah berdiri menyambut Nabi serta mencium Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (HR. Bukhari, Turmidzi, Abu Dawud).
Lihat kitab Adabul Mufrad, karya Imam Bukhari.
Dalam kisah lain juga diriwayatkan dalam hadis yang shohih bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan para shahabat untuk berdiri memberikan penghormatan kepada Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu ‘Anhu, ketika beliau mendatangi majelis Nabi dan para shahabat beliau. Saat itu nabi saw menyambut Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu ‘Anhu dengan ucapan;
hadist_hormat_2.png
“Berdirilah kalian untuk (menghormati) sayyid kamu ini…..” ( H.R. Bukhari).

Para ulama ahlussunnah wal jama’ah telah sepakat bahwa dalil-dalil di atas menunjukkan akan bolehnya berdiri untuk menghormati seorang yang terhormat pada saat-saat tertentu. Jumhur Ulama menjadikan hadis-hadis di atas sebagai dalil atas dianjurkannya berdiri menghormati orang terhormat yang datang.
Imam Nawawi memberi komentar atas hadis Sa’ad bin Muadz  di atas, bahwa hadis itu adalah dalil atas bolehnya menghormati orang yang memiliki keutamaan dan berdiri menyambutnya saat dia datang. Bahkan beliau mengatakan hukumnya adalah mustahab, yakni digemarkan menghormati orang sholih dengan berdiri karena banyaknya hadis yang menegaskan akan hal tersebut, dan sebaliknya tidak ada satu pun larangan yang tegas mengenainya. (Lihat Kitab Syarhun Nawawi ’Ala Shohih Muslim, Jilid 12 halaman 93).
Namun demikian, yang dimaksud dengan berdiri dalam hal ini, tentu saja tidak termasuk berdiri dalam hal yang dilarang syari’at. Menurut Qadhi Iyadh, berdiri yang dilarang adalah berdiri kepada seseorang, padahal orang yang dihormati itu duduk dan tetap duduk, sementara orang yang menghormatinya itu terus menerus berdiri sampai acara selesai. Ini dilarang oleh syari’at. Wallahu A’lam…….
Ada sepotong hadis yang selalu salah diartikan, dan hadis ini selalu dibawa-bawa untuk melarang orang melakukan penghormatan dengan berdiri. Hadis itu berbunyi :
hadist_hormat_3.png
Artinya, ”Barang siapa menginginkan agar orang-orang berdiri memberi hormat kepadanya, maka hendaklah orang tersebut mempersiapkan tempat duduknya di neraka”
Hadis di atas adalah melarang seseorang agar orang lain semua diperintahkan berdiri untuk menghormatinya dan dia senang dengan hal itu. Jika tidak dihormati dengan berdiri maka orang tersebut akan kecewa dan marah. Inilah yang dilarang oleh Nabi dalam konteks hadis di atas…..! Sikap orang seperti ini menunjukkan sikap kesombongan dan keangkuhan, yang memang sangat dicela dalam Islam. Rasul bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sekecil atom sifat sombong”.
Namun penting diketahui, bahwa persoalannya tidak sama. Manalah sama jika seseorang yang dihormati dan orang lain berdiri untuk menghormatinya, dengan seseorang minta dihormati dan memerintahkan semua orang berdiri menghormatinya. Hal yang sangat berbeda jauh. Dalam hadis di atas,  Nabi hanya mengancam orang yang meminta orang lain untuk menghormatinya dengan berdiri, di mana, jika tidak dilakukan penghormatan seperti itu atasnya, maka orang itu merasa terhina. Ini jelas adalah sifat yang tercela. Kesimpulannya, menghormati orang terhormat tidak sama dengan sikap meminta orang lain untuk menghormati dirinya.
Sebagai perbandingan, dalam Islam orang miskin dilarang menampakkan kemiskinannya dan meminta-minta kepada orang lain. Tapi di sisi lain, para orang kaya diperintahkan membagikan hartanya kepada orang miskin. Maka jika orang-orang kaya dengan suka rela membantu orang miskin dengan hartanya tentu hal ini sangat baik dan Allah akan memberikan pahala kepada si orang kaya itu. Perbuatan para orang kaya ini sesuai dengan syari’at Islam. Persoalannya jadi lain jika orang-orang miskin itu yang meminta-minta pada si orang kaya untuk disedekahi. Perbuatan simiskin ini tercela dalam syari’at Islam. Begitulah kira-kira gambaran tentang orang yang berdiri menghormati orang terhormat. Perbuatan ini tidak salah bahkan sesuai syari’at Islam. Berbeda jauh jika si orang yang terhormat itu yang meminta agar orang lain semua berdiri untuk menyambutnya, seperti yang diancam Nabi dalam hadis di atas…..!

No comments:

Post a Comment