Namun belumlah begitu
banyak melangkah, di jalan menuju masjid, di hadapannya ada sesosok
orang. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua yang beragama Yahudi.
Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin
karena usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati
menyusuri jalan.
Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin tertinggal
mengerjakan shalat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh sebelum
melaksanakan shalat Subuh berjamaah bersama Rasulullah dan para sahabat
lainnya.
Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkan supaya setiap umat
muslim menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka,
Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si kakek
berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat.
Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya.
Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.
Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid,
langit sudah mulai terang. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati
masjid.
Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalat Subuh berjamaah sudah
usai. Ia bergegas. Ali terkejut sekaligus gembira,
Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat satu rakaat shalat berjamaah.
Rasulullah dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Berarti Ali masih punya kesempatan untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti ia masih mendapat satu rakaat shalat berjamaah.
Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengan salam, Umar bin Khattab memberanikan diri untuk bertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?”
Rasulullah balik bertanya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?”
“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk
dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau
rukuk lama sekali. Kenapa?”
Rasulullah menjawab, “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada
saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba
saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun
iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga.”
Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”
Nabi berkata, “Aku juga belum tahu. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”
Dengan perkenaan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi saw., “Muhammad,
aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggungmu dalam rakaat
yang kedua. Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah
denganmu, karena Allah sangat suka kepadanya bahwa ia telah menjalani
ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang kakek
tua Yahudi. Dari pegnhormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan
sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak
kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang
untuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah denganmu hari ini.”
Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah. Beliau
sangat menyukai perbuatan Ali karena apa yang dilakukannya itu tentunya
menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain.
Satu hal lagi, Ali tidak pernah ingin bersengaja terlambat atau
meninggalkan amalan shalat berjamaah. Rasulullah menjelaskan kabar itu
kepada para sahabat.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini
sumber bacaan: http://kisahislami.com/penghormatan-kepada-seorang-kakek-yahudi/
No comments:
Post a Comment