HUSHAIN "ABDULLAH" BIN SALAM: Rabbi yang Ahlul Jannah
Saat Abdullah bin Salam bertemu pertama kali dengan Rasulullah saw., Rasulullah saw. bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?", ia menjawab: "Saya adalah Hushain bin Salam", kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Bukan! Namamu adalah Abdullah bin Salam". Semenjak itulah ia sering dipanggil Abdullah bin Salam (Ibnu Salam).
Siapakah sebenarnya Ibnu Salam itu? Yang sering disebut-sebut Rasulullah
saw. sebagai salah satu dari sahabat yang telah dijanjikan menjadi
penduduk surga.
Adalah Hushain bin Salam disegani dan menjadi panutan kalangan Yahudi
Yatsrib (Madinah) karena ia seorang Rabbi Besar Yahudi yang terkenal
sebagai ahli kitab, ahli tasawuf serta ‘abid dan zuhud. Dikisahkan di
masa-masa pertama ia masuk Islam, suatu hari datanglah serombongan
Yahudi ke rumah Rasulullah saw., di saat itulah Rasulullah saw.
menanyakan perihal dirinya kepada mereka: "Bagaimana kedudukan orang yang bernama al-Hushaini bin Salam di tempat kalian?", rombongan Yahudi itu menjawab: "Ia adalah pemimpin kami dan anak pemimpin kami. Ia Uskup kami dan Pendeta kami".
Pada masa hijrah Rasulullah saw., ia merupakan awalun Yahudi Madinah yang masuk Islam dan Rasulullah saw. mengganti namanya menjadi Ibnu Salam. Pasca masuk Islam, intelektualitas teologi Ibnu Salam menjadi andalan kaum muslimin dalam mendakwahkan Islam kepada kaum Yahudi, termasuk yang memenuhi ajakannya adalah anak dan istrinya, Khalidah sang bibi, dan Salamah sang kemenakan.
Berikut salah satu cuplikan asbab an-nuzul surah al-Baqarah 130 dalam
al-Qur’an yang menggambarkan intelektualitas teologi Ibnu Salam dalam
berda’wah kepada kaumnya:
Diriwayatkan dari Ibnu Uyainah bahwa Ibnu Salam mengajak dua anak saudaranya, Salamah dan Muhajir untuk masuk Islam dengan berkata: "Kamu berdua telah mengetahui, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman di dalam Taurat, bahwa Ia akan mengutus dari keturunan Ismail, seorang Nabi bernama Mehmedhym (Ahmad). Barangsiapa yang beriman kepadanya, ia telah mendapat petunjuk dan bimbingan, dan barangsiapa yang tidak iman kepadanya, akan dilaknat". Maka masuk Islamlah Salamah, akan tetapi Muhajir menolak. Maka turunlah al-Baqarah 130.
Mungkin terlalu banyak untuk mengupas biografi Abdullah bin Salam untuk
diuraikan di sini, dan lebih lanjut perihal sahabat Rasulullah saw. yang
satu ini dapat ditelaah dalam tafsir dan asbabun nuzul surah
al-Baqarah 97 dan 130, ar-Ra’d 36, al-‘Ankabuut 47, dan al-Ahqaaf 10,
karena memang Abdullah bin Salam termasuk juga dari kalangan sahabat
yang diabadikan dalam al-Qur’an.
Yang pasti, Ibnu Salam merupakan icon dari sosok Yahudi yang mengetahui
lebih dalam perihal akan ramalan akan datangnya Islam yang dibawa Nabi
Muhammad saw. berdasarkan yang tersurat dan tersirat dalam kitab-kitab
Yahudi.
MUKHAIRIQ: Sebaik-baiknya Yahudi
Mukhairiq adalah salah satu tokoh Yahudi dari Bani Tsa’labah yang ikut
berperang dengan Rasulullah saw. di perang Uhud. Ibnu Hisyam
mengungkapkan bahwa Mukhairiq sebenarnya adalah seorang Uskup atau Rabbi
Besar Yahudi Yatsrib, ahli teologi dan ahli kitab, serta kaya raya
karena punya banyak perkebunan Kurma.
Kebetulan saat itu peperangan Uhud terjadi pada hari Sabtu (Sabbath)
yang bagi Yahudi adalah hari pelarangan beraktifitas apalagi berperang,
sehingga kebanyakan Yahudi tidak ikut berperang bersama Rasulullah saw.
melawan Musyrikin Quraisy. (sesuai perjanjian yang ada pada Piagam
Madinah, Orang-orang islam dan orang-orang Yahudi yang tinggal di
Madinah akan saling membantu dalam peperangan bila salah satu dari
mereka diserang musuh dari luar Madinah)
Mukhairiq menentang keputusan kaumnya dengan dalih bahwa mereka sudah
terikat perjanjian dalam Piagam Madinah yang telah disepakati
bersama-sama dengan Rasulullah saw. sehingga larangan hari Sabtu menjadi
gugur. Salah satu cuplikan yang menggambarkan intelektual teologi dan
ahli kitab, Mukhairiq, yaitu Ibnu Hisyam mengungkapkan bahwa di hadapan
kaumnya, Mukhairiq sempat berwasiat:
"Hai orang-orang Yahudi, demi Allah, sesungguhnya kalian pasti mengetahui bahwa kemenangan Muhammad atas kalian adalah pasti benar", orang-orang Yahudi itu lalu menjawab: "Sesungguhnya sekarang adalah hari Sabbath". Kemudian Mukhairiq kembali menegaskan: "Tidak ada hari Sabbath bagi kalian!". Setelah itu Mukhairiq pergi menemui Rasulullah saw. dan di hadapan para sahabat-sahabat Rasulullah saw. dan beberapa sejawat Mukhairiq, ia berwasiat: "Jika aku terbunuh pada hari ini, seluruh kekayaanku aku serahkan kepada Muhammad. Ia bebas untuk mengelolanya sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepadanya".
Dalam Perang Uhud, Mukhairiq tewas terbunuh, dan sesuai wasiatnya,
Rasulullah saw. kemudian menahan semua harta kekayaan Mukhairiq. Ibnu
Hisyam kemudian menceritakan bahwa semua sedekah Rasulullah saw. saat di
Madinah, semuanya berasal dari warisan pemberian Mukhairiq kepada
Rasulullah saw.
Mukhairiq merupakan icon sosok Yahudi yang paham benar dengan Islam,
hanya saja baik Ibnu Hisyam dan Ibnu Ishak serta Syaikh Shafiyyurrahman
al-Mubarakfury sendiri dalam bukunya tidak menyebutkan apakah Mukhairiq
sempat masuk Islam atau tidak menjelang kematiannya. Yang pasti pasca
perang Uhud ketika jenasah Mukhairiq ditemukan dan dilaporkan Rasulullah
saw, di situlah muncul sabda Rasulullah saw. yang fenomenal tersebut, “Sesungguhnya Mukhairiq adalah sebaik-baiknya Yahudi”.
IBNU AL-HAYYABAN: Merindukan Nabi Namun Tak Pernah Bertemu Nabi
Ibnu Hisyam dan Ibnu Ishak menyinggung pula tentang sosok Ibnu
al-Hayyaban, seorang Yahudi yang alim, imigran dari Syam yang kemudian
menetap di Madinah.
Kisahnya bersumber dari keturunan Bani Quraidzah di Madinah yang suatu
saat dikunjungi oleh Bani Hadl. Dari Bani Hadl inilah terungkap bahwa
Ibnu al-Hayyaban adalah seorang Yahudi alim yang datang kepada Bani Hadl
kemudian menetap bersama mereka hingga meninggal.
Selama ia tinggal bersama mereka, Ibnu al-Hayyaban sering dimintai
pertolongan untuk memohonkan hujan di saat Bani Hadl sedang dilanda
kekeringan.
Namun suatu saat ketika ia dimintai pertolongan, kali ini ia menolak, "Tidak,
demi Allah, aku tidak mau melakukannya hingga kalian mengeluarkan
sedekah di tempat kalian keluar sebanyak satu sha’ kurma atau dua mud
gandum".
Setelah Bani Hadl bersedekah, Ibnu al-Hayyaban kemudian bermunajat dan
belum lagi ia beranjak dari tempatnya, terlihat mendung yang mulai
menurunkan hujan. Sekalipun hujan telah turun, Ibnu al-Hayyaban
mengulangi munajatnya hingga saat yang ketiga kali ia pun meninggal.
Sesaat sebelum meninggal, Ibnu al-Hayyaban berkata kepada Bani Hadl:
Hai orang-orang Yahudi, tahukah kamu aku diusir dari negeri roti dan minuman keras kemudian datang ke negeri yang sedang kelaparan dan menderita? Ketahuilah sesungguhnya kedatanganku ke negeri ini untuk menunggu seorang Nabi yang sudah dekat kedatangannya dan negeri ini adalah tempat hijrahnya. Aku sangat berharap ia diutus selagi aku masih hidup, hingga aku mengikutinya karena sesungguhnya masa kemunculannya telah dekat dengan kalian.
Penantian panjang Ibnu al-Hayyaban berakhir tanpa sempat bertemu dengan
baginda Rasulullah saw., karena ia meninggal dua tahun sebelum munculnya
Islam di Mekah.
SOSOK YAHUDI LAINNYA
Masih banyak sosok-sosok Yahudi lainnya yang terjun dalam khasanah Islam
dan tidak sedikit pula dari mereka pada akhirnya memilih masuk Islam:
- Abu al-Hasan Ali ibnu Sahl Rabban at-Tabari
(838-870 m), seorang Qodi (hakim), ilmuwan, ahli medik dan psikolog. Ia
adalah pelopor dari penulisan ensiklopedia medik dan pionir dari ilmu
pediatrik dalam kajian tumbuh kembang anak. Selain itu ia pun sangat
mahir berbahasa Ibrani, Aramaic dan Latin Yunani, sehingga banyak dari
karya tulisnya telah diterjamahkan ke dalam bahasa-bahasa tersebut,
seperti kitab Firdaus al-Hikmah (al-Kunnash) yang berisikan ilmu pengetahuan tentang medik, kemudian kitab Hafzh al-Sihhah (Kesehatan Tubuh), ar-Ruqa (tentang ruqyah), al-Hijamah (bedah bekam), dan Tartib al-‘Ardhiyah
(Diet Nutrisi). Abu al-Hasan terlahir sebagai Yahudi di kota Tabaristan
yang kemudian masuk Islam di masa Abbasiah, khalifah al-Mu’tasim. Kelak
muncul dari salah satu muridnya yang justru melebihi prestasi Abu
al-Hasan, yaitu Abu Bakar Muhammad ibnu Zakariya ar-Razi (Rhazes).
- Rabbi Moshe ben Maimon disingkat Rambam atau yang lebih dikenal lagi dengan Moses Maimonides
(1135-1204 m), adalah seorang Rabbi Yahudi, ilmuwan dan ahli filsafat.
Ia dilahirkan dalam lingkungan keluarga Yahudi yang waktu itu adalah
masa kekhalifahan Islam di Andalusia yang terkenal sebagai masa-masa
keemasan Yahudi. Sekalipun ia tidak masuk Islam, namun Maimonides banyak
mempelajari ilmu-ilmu Islam terutama Tasawuf hingga kelak pemikiran
filsafatnya sangat dipengaruhi oleh Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan Imam
al-Ghazali. Ia menjadi satu-satunya Yahudi yang punya pengaruh kuat
dalam alam pemikiran filsafat dunia barat setelah ia terkenal telah
mengkritik tajam ajaran Aristoteles hingga mengubah pandangan dunia
barat dari padanya. Pengaruhnya pada dunia Yahudi adalah saat ia
merumuskan 13 Prinsip Keimanan Yahudi (13 Principles of Jewish faith)
yang terkenal hingga sekarang terutama kalangan Yahudi Orthodox yang
telah memasukkannya dalam Siddur (buku doa Yahudi). Selain itu ia pun
menyusun kitab Guide for the Perplexed, sebuah kitab yang banyak mengkoreksi Torah Mishnah.
- Di jaman kekuasaan dinasti Hulagu Khan Mongol, yaitu di era antara
kaisar Mahmud Ghazan, Muhammad Khodabandeh (Oljeitu), hingga Abu Sa'id
dan Ali Shah, dikenal Rashid ad-Din Hamadani (1247-1318
m), seorang ilmuwan dan antropologi Yahudi dari Hamadan Persia. Rashid
ad-Din masuk Islam pada umur 30 tahun , dan di kemudian hari salah satu
karya besarnya adalah Jami’ at-Tawarikh (Compendium of
Chronicles), sebuah ensiklopedi sejarah yang mengulas sejarah manusia
dari Nabi Adam as hingga dinasti Mongol di jamannya. Karya terakhirnya
yang mulai dicetak dalam multibahasa adalah Jami’ at-Tasanif ar-Rashidi
(The Collected Works of Rashid), yaitu sebuah kumpulan hasil
karya-karyanya. Dari karya-karyanya tersebut ia pun digelari dengan
beberapa nama seperti Rashid ad-Din Fadhlullah Hamadani atau Rashid ad-Din Tabib.
- Di jaman khalifah Sultan Mehmed IV, dikenal pula Sabbatai Zevi (Shatz Tzvi) (1626-1676 m), seorang Rabbi Yahudi Messianic yang juga mempraktikkan Kabbala. Sabbatai Zevi kemudian masuk Islam di jaman khalifah Sultan Mehmed IV, perpindahannya menjadi muslim menjadi sumber pergolakan dalam kalangan Yahudi Messianic dan gerakan yang justru didirkannya sendiri, Yahudi Sabbatea.
Icon Yahudi Pro Islam di jaman modern saat ini yang punya visi hampir sama dengan, Ibnu Salam dan Mukhairiq di antaranya:
Neturei Karta, kelompok Yahudi Anti
Zionis, yang bagi kalangan Zionis Israel terkenal sebagai salah satu
kelompok Yahudi Orthodox yang paling keras kepala dan paling ekstrim
menentang Zionis Israel.
NETUREI KARTA
(Courtesy of www.nkusa.org)
(Courtesy of www.nkusa.org)
Lalu ada Leopold Weiss (Muhammad Assad)
dulunya adalah Yahudi pemerhati Islam yang kemudian menjadi muslim dan
salah karyanya yang fenomenal di dunia adalah The Road to Mecca.
Dikenal juga Uriel “Uri” Davis, Ph.D, seorang intelektual Yahudi di Israel pendiri MAIAP (Movement Against Israeli Apartheid in Palestine) dan AL-BEIT (Association for the Defense of Human Rights in Israel) yang kemudian beralih menjadi muslim dan aktif di organisasi FATAH di Ramallah Palestina.
Moses Maimonides
(Courtesy of Rainer Zenz - en.wikipedia.org)
(Courtesy of Rainer Zenz - en.wikipedia.org)
Muhammad "Leopold Weiss" Assad
(Courtesy of www.webislam.com)
(Courtesy of www.webislam.com)
Uri Davis
(Courtesy of www.uridavis.info)
(Courtesy of www.uridavis.info)
Judul Artikel Asli: Mukhairiq Adalah Sebaik-baiknya Yahudi,By: dr Hanny
No comments:
Post a Comment