بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي صدق وعده و الصلاة و السلام على رسول الله و على آله وصحبه اجمعين
Imam Ghazali, dalam kitab Minhajul ‘Abidin ila Jannati Rabbil ‘Alamin
Pertama, setan mencegah berbuat berbuat taat kepada Allah, jika Allah memelihara seorang Hamba ia pun menolak setan dgn cara mengatakan “aku butuh amalan ini karena harus untuk bekal akhirat yang kekal nanti”.
Kedua, setan menyuruh anak cucu adam utk mentaswif [menunda2 suatu amalan], maka jika Allah memelihara, ia pun melawan tipuan setan itu dgn berkata : ” tiadalah ajalku berada dlm genggamanku, kalau aku menunda amalan hari ini untuk aku kerjakan besok, maka amalan besok kapan aku kerjakan? bukan kah setiap hari ada amalan tertentu (lainnya)?”.
Ketiga, setan menyuruh mempercepat/terburu-buru dalam beramal, “cepatlah... agar engkau dapat menyelesaikan ini dan itu,ayo!”, mk jika Allah memelihara ia pun menolak setan itu dgn berkata : “sedikit amal beserta kesempurnaan [rukun dan syarat] lbh baik daripada banyak amalan namun serba kekurangan.
Keempat, setan menyuruh untuk menyempurnakan amalan karena ingin memperlihatkan kepada manusia [riya], maka jika Allah memelihara, ia pun menolak perintah setan itu dengan berkata : ” apalah arti aku beramal utk memperlihatkan kepada manusia? tidakkah cukup bagiku Allah saja yg melihat?”.
Kelima, setan ingin menjerumuskan anak cucu adam dalam lembah ‘ujub [heran/bangga terhadap dirinya sendiri], setan berbisik ” oh..tidak ada yg lebih mulia darimu, tidak ada yg lebih sadar darimu, tidak ada yang melebihi darimu”, maka jika Allah memelihara, ia pun menolak bisikan setan dgn berkata : ” segala ni’mat pada itu semua [kemuliaan,kesadaran dan kelebihan] adalah karena Allah, bukan karena perbuatanku, Allah yang memilih aku dgn taufiqNya dan Dia yang menjadikan amalanku sebagai suatu nilai yg sangat berharga dengan karuniaNya, dan seandainya bukan karena karuniaNya maka apa nilai amalan ini dari sisi ni’mat Allah ta’ala untukku dan dari sisi kemaksiatanku terhadapNya?”.
Keenam, dan ini merupakan cara yg sangat licik, tidak ada yang dapat mengetahui kecuali orang-orang yang terjaga hatinya, setan berkata “bersungguh-sungguhlah kamu beramal secara rahasia dan engkau sembunyikan dari manusia sesungguhnyaa suatu saat nanti Allah akan memperjelaskan amalanmu dalam kesunyian itu bagi manusia sehingga mereka semua memujimu dan mereka akan berkata: engkau termasuk hamba Allah yg ikhlas”. setan laknatullah selalu mencampuri urusan orang beramal apa saja yang ia amalkan dan yang ia inginkan adalah agar terjatuh dlm 1 lobang dr lobang-lobang riya. maka jika Allah memelihara hambanya, ia pun dapat menolak tipuan setan dengan berkata : “wahai yang terkutuk, dari dulu kamu selalu saja mendatangiku dengan cara membinasakan amalanku, dan sekarang kamu mendatangiku dengan cara memperbagus amalanku agar kamu membinasakannya, sesungguhnya aku ini adalah seorang hamba Allah dan DIA lah Tuhanku, jika IA berkehendak IA perjelaskan amalanku dan jika IA berkehendak IA sembunyikan apa yg aku amalkan, jika IA berkehendak IA jadikan aku org mulia, jika IA berkehendak, IA jadikan aku org yg hina, semuanya terserah Allah dan aku tidak peduli jika Allah memperjelaskan amalanku bagi manusia maupun tdk, tiadalah di tangan mereka [manusia] sesuatu apa pun yg dapat memberi kemanfaatan dan kemudharatan”.
Ketujuh, setan berkata : “tidak ada keperluan untukmu amalan ini, karena sesungguhnya jika engkau diciptakan sebagai orang yg sa’adah [beruntung] pada azali maka tidak akan menjadi suatu kemudharatan bagimu meninggalkan amalan, dan jika engkau diciptakan sebagai orang yang syaqawah [celaka] maka tidak dapat memberi manfaat bagimu mengerjakannya”, maka jika Allah memelihara, ia pun menolak kicauan setan dgn berkata: ”aku ini hanyalah seorang hamba, kewajiban seorang hamba adalah menjunjung tinggi [imtitsal] perintah untuk ber-ubudiyah/menghamba/beribadah. dan Rabb (Allah) lebih mengetahui dengan rububiyahNya, IA menghukum apa yg IA kehendak dan melakukan apa yg IA inginkan dan juga karena amalan itu bermanfaat untukku bagaimana pun adanya aku [syaqawah (celaka) atau sa'adah (selamat/beruntung)], karena jika aku termasuk orang yang sa’adah (beruntung) aku butuh amalan itu untuk menambahkan pahala dan jika aku termasuk orang yg syaqawah aku juga membutuhkannya agar aku tidak mencela diriku sendiri karena meninggalkan perintah Tuhanku, Allah tidak memasukkan aku ke Surga karena ketaatan-ketaatanku. Dan aku tidak keberatan seandainya aku dimasukkan kedalam neraka padahal aku orang yang taat daripada aku dimasukkan ke neraka sementara aku orang yang bermaksiat. Namun bagaimanapun juga janji Allah itu pasti, firmanNya itu benar, dan sesungguhnya IA telah menjanjikan pahala atas ketaatan, maka barangsiapa yg bertemu Allah dengan mati atas iman dan ketaatan niscaya sesekalipun ia tidak akan masuk neraka. Masuk surga itu bukan karena menuntut hak dengan sebab amal ibadah tetapi masuk surga itu karena janji Allah yg benar.
الحمد لله الذي صدق وعده
“segala puji bagi Allah yg benarlah janjiNya”.
maka sadarlah,Allah merahmatimu.
Demikianlah petuah-petuah Imam Ghazali dalam upaya menangkal tipuan syaithan.semoga bermanfaat utk kita semua. Amien..
rujukan @ Syarah Minhajul ‘Abidin yakni Siraj At-Thalibin karya Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Jamfasi Al-Kadiri, juz 1 hal 312-315.
Di Nuqil dari Tulisan Maz Razzie
No comments:
Post a Comment