Penyelidikan PBB: Oposisi Suriah Gunakan Senjata Kimia

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Sekretaris Umum Tentara Pembebasan Suriah (FSA) Badr Jamous mengklaim pasukannya telah mengambil sampel dari korban dugaan serangan senjata kimia. Ia menyebut sampel itu akan dikirim ke luar Suriah.
Ratusan warga yang berada di wilayah pinggiran Damaskus diduga menjadi korban serangan senjata kimia, Rabu lalu. Seperti dilansir Anadolu Agency, Sabtu (24/8), untuk memastikan hal itu, Jamous mengatakan, pasukannya mengambil sampel dari para korban. Dalam konferensi persnya di Istanbul, Jumat, ia menyebut sampel itu akan diteliti oleh ahli yang berada di luar Suriah. Ia sendiri enggan menyebutkan ke mana mengirim sampel itu.
Jamous mengatakan pada tengah pekan ini, FSA dan pasukan Presiden Suriah Bashar Al-Assad terlibat bentrokan di wilayah pinggiran Damaskus. Ia menuding pasukan Assad dari Brigade 155 yang merancang serangan itu. "Pada malam hari, serangan udara berhenti dan helikopter melancarkan serangan dengan menggunakan senjata kimia," kata tokoh oposisi Suriah itu.
Jamous menduga pasukan pemerintah telah membawa roket yang mempunyai kapasitas menampung hulu ledak kimia. Meski pun, ia belum bisa memastikan jenis bahan kimia yang digunakan. Karenanya, pasukan FSA membawa sampel dari korban untuk meminta pendapat ahli. Sehingga bisa memastikan penyebab tewasnya korban dalam bentrokan yang terjadi.
Serangan yang terjadi di pinggiran ibu kota Suriah itu memancing perhatian dunia. Terutama karena adanya dugaan penggunaan senjata kimia. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan langsung menggelar pertemuan dan mengirimkan tim untuk melakukan penyelidikan untuk mengungkap fakta yang sebenarnya. Sementara itu, pemerintah Assad telah membantah bertanggung jawab atas serangan itu.

No comments:

Post a Comment