Tradisi doa bersama, di mana salah seorang dari jamaah
mengucapkan doa, sedangkan anggota jamaah lainnya membaca amin,
merupakan tradisi Islami sejak generasi salaf yang saleh dan sesuai
dengan ajaran Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits hasan Rasulullah SAW
bersabda:
عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ
الْفِهْرِيِّ وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: لاَ يَجْتَمِعُ قَوْمٌ
مُسْلِمُوْنَ يَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ إِلاَّ
اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ. رواه الطبراني في الكبير و الحاكم في
المستدرك
“Dari Habib bin Maslamah al-Fihri RA
–beliau seorang yang dikabulkan doanya-, berkata: “Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu
sebagian mereka berdoa, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali
Allah pasti mengabulkan doa mereka.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam
al-Kabir, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak. Al-Hakim berkata, hadits ini
shahih sesuai persyaratan Muslim. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam
Majma’ al-Zawaid, para perawi hadits ini adalah para perawi hadits
shahih, kecuali Ibn Lahi’ah, seorang yang haditsnya bernilai hasan.”
Dalam hadits lain diterangkan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم: اَلدَّاعِيْ وَالْمُؤَمِّنُ فِي اْلأَجْرِ شَرِيْكَانِ. رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.
وسلم: اَلدَّاعِيْ وَالْمُؤَمِّنُ فِي اْلأَجْرِ شَرِيْكَانِ. رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.
“Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang berdoa dan orang yang
membaca amin sama-sama memperoleh pahala.” (HR. al-Dailami dalam Musnad
al-Firdaus dengan sanad yang lemah).
Menurut al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq
al-Ghumari dalam kitabnya al-Mudawi li-’Ilal al-Jami’ al-Shaghir wa
Syarhai al-Munawi (juz 4 hal. 43), kelemahan hadits al-Dailami di atas
dapat diperkuat dengan ayat al-Qur’an. Allah SWT berfirman tentang kisah
Nabi Musa AS:
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا. (يونس : ٨٩).
“Allah berfirman: “Sesungguhnya telah
diperkenankan doa kamu berdua, oleh karena itu tetaplah kamu berdua pada
jalan yang lurus.” (QS. Yunus : 89).
Dalam ayat di atas, al-Qur’an
menegaskan tentang dikabulkannya doa Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS.
Padahal yang berdoa sebenarnya Nabi Musa AS, sedangkan Nabi Harun AS
hanya mengucapkan amin, sebagaimana diterangkan oleh para ulama ahli
tafsir. Nabi Musa AS yang berdoa dan Nabi Harun AS yang mengucapkan
amin, dalam ayat tersebut sama-sama dikatakan berdoa. Hal ini pada
dasarnya menguatkan substansi hadits di atas, bahwa orang yang berdoa
dan yang mengucapkan amin sama-sama mendapatkan pahala doa. Mengenai doa
Nabi Musa AS tersebut, telah dijelaskan dalam ayat sebelumnya, yaitu
ayat berikut ini:
وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ
آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى
أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى
يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ، (يونس : ٨٨).
“Musa berkata: “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka
kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan
kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan
kami, binasankalah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka,
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.”
(QS. Yunus : 88).
Dalam hadits lain diterangkan:
عَنْ يَعْلَى بْنِ شَدَّادٍ قَالَ:
حَدَّثَنِيْ أَبِيْ وَعُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ حَاضِرٌ يُصَدِّقُهُ
قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: هَلْ
فِيْكُمْ غَرِيْبٌ؟ يَعْنِيْ أَهْلَ الْكِتَابِ، فَقُلْنَا: لاَ يَا
رَسُوْلَ اللهِ، فَأَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ وَقَالَ: اِرْفَعُوْا
أَيْدِيَكُمْ وَقُوْلُوْا لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، فَرَفَعْنَا أَيْدِيَنَا
سَاعَةً، ثُمَّ قَالَ: اَللّهُمَّ أَنْتَ بَعَثْتَنِيْ بِهَذِهِ
الْكَلِمَةِ وَوَعَدْتَنِيْ عَلَيْهَا الْجَنَّةَ وَأَنْتَ لاَ تُخْلِفُ
الْمِيْعَادَ، ثُمَّ قَالَ: أَبْشِرُوْا فَقَدْ غُفِرَ لَكُمْ. رواه الإمام
أحمد بسند حسنه الحافظ المنذري، والطبراني في الكبير وغيرهما.
“Ya’la bin Syaddad berkata: “Ayahku
bercerita kepadaku, sedangkan Ubadah bin al-Shamit hadir membenarkannya:
“Suatu ketika kami bersama Nabi SAW. Beliau berkata: “Apakah di antara
kamu ada orang asing? (Maksudnya ahlul-kitab).” Kami menjawab: “Tidak
ada, ya Rasulullah.” Lalu Rasul SAW memerintahkan agar mengunci pintu.
Kemudian bersabda: “Angkatlah tangan kalian dan ucapkan la ilaha
illlallah.” Maka kami mengangkat tangan kami beberapa saat. Kemudian
Rasul SAW berkata: “Ya Allah, Engkau telah mengutus aku membawa kalimat
ini, dan Engkau janjukan surga padaku dengan kalimat tersebut, sedangkan
Engkau tidak akan menyalahi janji.” Kemudian Rasul SAW bersabda:
“Bergembiralah, karena Allah telah mengampuni kalian.” (HR. al-Imam
Ahmad dengan sanad yang dinilai hasan oleh al-Hafizh al-Mundziri,
al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan lain-lain.
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW
memerintahkan para sahabat membaca kalimat tauhid (la ilaha illallah)
bersama-sama. Lalu para sahabat pun mengucapkannya bersama-sama sambil
mengangkat tangan mereka. Kemudian Rasulullah SAW membacakan doa. Dengan
demikian, dzikir bersama sebenarnya memiliki tuntunan dari hadits
shahih ini.
Berdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tradisi doa bersama, di mana salah seorang di antara
jamaah memimpin doa, sedangkan jamaah yang lain mengucapkan amin, baik
hal tersebut didahului dengan dzikir bersama maupun tidak, pada dasarnya
memiliki dasar hadits yang kuat, dan bahkan merupakan tuntunan
al-Qur’an al-Karim sebagaimana yang terdapat dalam kisah Nabi Musa AS
dan Nabi Harun AS. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment