Keluarga adalah sesuatu yang special di dalam kehidupan kita, terlebih-lebih ibu dan ayah kita, begitu juga anak-anak dan istri kita, mereka memiliki tempat yang khusus di hati kita di dalam kecinta’an dan kesayangan, sehingga jikalau salah satu dari mereka di sakiti atau di caci orang lain maka kita merasa marah dan tidak terima dengan hal tersebut, karena kita terkadang merasa mereka adalah bagian dari darah daging kita atau kita sedarah dengan mereka, begitu juga keluarga nabi muhammmad SAW di pandangan nabi muhammad SAW, mereka sangat istimewa di hadapan nabi muhammad SAW di karenakan termasuk darah daging nabi seperti apa yang di sabdakan oleh nabi :
صحيح البخاري- – (5 / 21)
3714 – حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي فَمَنْ أَغْضَبَهَا أَغْضَبَنِي
صحيح مسلم – - (4 / 1903)
2449 حدثني أبو معمر إسماعيل بن إبراهيم الهذلي حدثنا سفيان عن عمرو عن بن أبي مليكة عن المسور بن مخرمة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ) إنما فاطمة بضعة مني يؤذيني ما آذاها(
Artinya :
Fatimah adalah bagian dari darah dagingku, barang siapa yang telah membuat dia marah maka dia telah membuat aku marah dan termasuk menyakitiku apa-apa yang menyakitinya (BUKHORI-MUSLIM).
keutama’an keluarga nabi muhammad SAW
Dari keutama’an keluarga beliau SAW, beliau SAW pernah berdoa agar semua dari anak cucu beliau menjadi sholeh dan sholehah, seperti apa yang telah di sabdakan oleh beliau SAW :
قال رسول الله صلي الله عليه و سلم لما زوج ابنته فاطمة علي علي رضي الله عنهما (برك الله لكما و عليكما و اسعد جدكما و اخرج منكما الكثير الطيب)
و قال انس رضي الله عنه (و الله لقد اخرج منهما الكثير الطيب)
(( نور الابصار : 57)
Artinya :
Ketika rasulullah SAW menikahkan anaknya fatimah kepada imam ali AS beliau berkata “berkahilah mereka berdua dan berilah keselamatan bagi kakek mereka berdua dan keluarkanlah dari sulbi mereka berdua keturunan yang banyak dan bagus”
Dan berkata sayyidina anas RA “ demi allah, benar telah keluar dari mereka (berdua) banyak dan bagus (sholeh)”
Sungguh mulia keluarga nabi muhammad SAW karena doa rasulullah SAW sendiri kepada anak cucuk beliau SAW, dan termasuk dari dalil kemulian keluarga nabi muhammad SAW adalah, Allah berfirman dalam al-qur’an :
{إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} [الأحزاب : 33]
Artinya :
seseungguhnya allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Siapakah ahlul bait (keluarga nabi muhammad SAW)?
Secara harfiyah arti Ahlul Bait adalah penghuni rumah atau kerabat. Berarti ahlul bait Rasul adalah semua penghuni rumah Rasul, dari sini menjadi jelas bahwa istri-istri Beliau termasuk di dalamnya. Oleh karena itu tidak diragukan bahwa ahlil bait dalam ayat :
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
”Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya” (Al Ahzab : 33 )
Mencakup istri-istri Beliau. Selain itu ayat-ayat yang ada sebelum dan sesudah ayat ini berisi mengenai petunjuk Allah terhadap istri-istri Nabi. Akan tetapi jika yang dimaksud dengan ahlul bait dalam ayat ini hanya istri-istri beliau saja seperti yang dikatakan oleh sebagian ahli tafsir, maka akan terdapat sedikit kemusykilan karena kata ganti yang digunakan dalam ayat ini adalah kata ganti untuk laki-laki (كُم)bukan untuk wanita (كنّ). berarti yang dimaksud dengan ahlul bait bukan hanya istri-istri beliau saja akan tetapi mencakup juga keluarga Rasul yang lain (dalam bahasa arab, kata ganti laki-laki jamak bisa juga digunakan untuk sekumpulan laki-laki dan wanita, berbeda dengan kata ganti wanita jamak yang hanya bisa digunakan untuk sekelompok wanita saja), mereka adalah Sayidatuna Fatimah, Sayidina Ali, Hasan dan Husain, ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi:
عن عمر بن أبي سلمة ربيب النبي صلى الله عليه وسلم قال نزلت هذه الآية على النبي صلى الله عليه وسلم { إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا } في بيت أم سلمة فدعا النبي صلى الله عليه وسلم فاطمة وحسنا وحسينا فجللهم بكساء وعلي خلف ظهره فجلله بكساء ثم قال اللهم هؤلاء أهل بيتي فاذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا قالت أم سلمة وأنا مَعَهُمْ يا نَبِيَّ اللَّهِ قال أَنْتِ على مَكَانِكِ وَأَنْتِ على خَيْرٍ قال هذا حَدِيثٌ غَرِيبٌ من حديث عَطَاءٍ عن عُمَرَ بن أبي سَلَمَةَ
“Dari Umar bin Abi Salamah, anak tiri Rasulullah saw, berkata “ayat ini turun kepada Nabi saw di rumah Umi Salamah yaitu ayat ”Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”, kemudian Nabi memanggil Fatimah, Hasan dan Husain, dan menaungi mereka dengan kain kisa`, ketika itu Ali berada di belakang punggungnya kemudian Rasul menaunginya pula dengan kain kisa`, kemudian berkata “ Wahai Allah, inilah Ahlil baitku maka hilangkanlah dari mereka kotoran dan sucikanlah mereka”. Umu Salamah pun berkata “apakah aku bersama mereka wahai rasulullah?”, Rasulullah menjawab “Engkau berada di tempatmu dan engkau berada dalam kebaikan”” .
Perkataan Rasulullah kepada Umi Salamah “Engkau berada di kedudukanmu dan engkau berada dalam kebaikan” tidak berarti bahwa istri Rasulullah bukan termasuk dalam ahlul bait akan tetapi maksudnya adalah Umu salamah sudah memiliki kedudukan sebagai ahlil bait karena dia adalah istri Rasul oleh karena itu Rasul berkata “dan engkau berada dalam kebaikan”. Selain itu tidak mungkin Rasulullah memasukkan Umi salamah ke dalam naungan kisa` karena disana ada Sayidina Ali yang merupakan lelaki ajnabi baginya.
Termasuk dalam lingkup ahlul bait adalah paman-paman beliau yang muslim begitu juga semua keluarga nabi yang diharamkan untuk menerima zakat, ini sesuai dengan perkataan Nabi kepada cucunya ketika mengeluarkan kurma zakat dari mulutnya :
صحيح البخاري- – (2 /127 -126)
- حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ الْأَسَدِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِالتَّمْرِ عِنْدَ صِرَامِ النَّخْلِ فَيَجِيءُ هَذَا بِتَمْرِهِ وَهَذَا مِنْ تَمْرِهِ حَتَّى يَصِيرَ عِنْدَهُ كَوْمًا مِنْ تَمْرٍ فَجَعَلَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَلْعَبَانِ بِذَلِكَ التَّمْرِ فَأَخَذَ أَحَدُهُمَا تَمْرَةً فَجَعَلَهَ فِي فِيهِ فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْرَجَهَا مِنْ فِيهِ فَقَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ آلَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَأْكُلُونَ الصَّدَقَةَ
“Apakah engkau tahu bahwa keluarga Muhammad tidak memakan shadaqah (zakat)” (HR Bukhari)
Dari hadits ini bisa kita ketahui bahwa keluarga Nabi (آل النبي) adalah mereka yang diharamkan untuk menerima zakat, yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib menurut madzhab Syafii, berarti para paman-paman beliau termasuk keluarga nabi yang harus dihormati.
Jika mereka termasuk آل النبي, berarti mereka termasuk juga dalam ahlul bait nabi karena secara bahasa arti آل tak berbeda dengan Ahli yaitu kerabat. Oleh karena itu sebagian ahli bahasa menganggap tidak ada perbedaan antara istilah ahlu dan Al (آل). Ini bisa dilihat dari tashghir keduannya ke dalam satu lafadz yang sama yaitu اهل .
Nasab sayidina Hasan dan Husain
Sedangkan mengenai nasab Sayidina Hasan dan Husain, yang dinisbatkan kepada Rasulullah melalui jalur ibu mereka yaitu Sayidatuna Fatimah. Hal ini merupakan kekhususan mereka, ini berdasarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw :
عن جَابِرٍ رضي اللَّهُ عنه قال قال رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم إِنَّ اللَّهَ عز وجل جَعَلَ ذُرِّيَّةَ كل نَبِيٍّ في صُلْبِهِ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى جَعَلَ ذُرِّيَّتِي في صُلْبِ عَلِيِّ بن أبي طَالِبٍ رضي اللَّهُ عنه
“Dari Jabir berkata” Rasululah saw bersabda : Sesungguhnya Allah telah menjadikan keturunan setiap nabi dalam sulbinya masing-masing dan sesungguhnya Allah menjadikan keturunanku dalam sulbi Ali bin Abi Thalib”.
Akan tetapi tidak semua keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib nasabnya disambungkan kepada Rasulullah. Karena penisbatan ini hanya dikhususkan bagi keturunan Sayidina Ali dari Sayidatuna Fatimah, putri Rasulullah sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat lain :
المعجم الكبير – (3 / 44)
2631 – حدثنا محمد بن زكريا الغلابي حدثنا بشر بن مهران ثنا شريك بن عبد الله عن شبيب بن غرقدة عن المستظل بن حصين : عن عمر رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول كل بني أنثى فإن عصبتهم لأبيهم ما خلا ولد فاطمة فإني أنا عصبتهم وأنا أبوهم
المعجم الكبير – (22 / 406)
1018 – حدثنا محمد بن عبد الله الحضرمي و الحسين بن إسحاق التستري قالا ثنا أبو كريب ثنا معاوية بن هشام عن عمرو بن غياث عن عاصم عن زر عن عبد الله بن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إن فاطمة حصنت فرجها فحرمها الله وذريتها على النار
“Dari Umar, berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, setiap anak dari seorang wanita dinisbatkan kepada ayahnya kecuali anak Fatimah karena sesungguhnya akulah ashabah mereka dan akulah ayah mereka” “dan sesungguhnya fatimah telah di jaga kehormatanya dan allah mengharamkan baginya dan cucuknya api neraka” .
Disamping itu, dalil lain yang menjelaskan akan tetapnya keturunan Rasulullah dan sekaligus menjadi ahlu bait beliau yaitu :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي
Dari Jabir bin Abdillah berkata : aku melihat Rasulullah SAW ketika haji di hari Arafah sedangkan beliau ada di atas ontanya berkhutbah dan aku mendengar beliau berkata :” wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan pada diri kalian jika kalian mengikutinya maka tidak akan tersesat selamanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan keturunanku ahlubaitku “ (H.R. Tirmidzi & Ahmad,).
Dalam riwayat lain:
سنن الترمذي – (5 / 663)
3788 – حدثنا علي بن المنذر كوفي حدثنا محمد بن فضيل قال حدثنا الأعمش عن عطية عن أبي سعيد و الأعمش عن حبيب بن أبي ثابت عن زيد بن أرقم رضي الله عنهما قالا : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إني تارك فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعدي أحدهما أعظم من الآخر كتاب الله حبل ممدود من السماء إلى الأرض وعترتي أهل بيتي ولن يتفرقا حتى يردا علي الحوض فانظروا كيف تخلفوني فيهما
قال وهذا حديث حسن غريب
Dari Abi Sa’id Al-Khudzri dan zed bin arqom berkata :” Rasulullah SAW bersabda : aku tinggalkan pada diri kalian 2 hal, salah satunya lebih besar dari yang lain, yaitu kitabullah (al-Qur’an) sebuah tali penghubung yang dibentangkan dari langit ke bumi, dan keturunannku ahlu bait-ku, sesungguhnya keduanya tidak akan terputus hingga datang sewaktu di telaga Haudh “(H.R. Tirmidzi, Ahmad, Ibn Abi Syaibah, Abi Ya’la, dan lain-lain).
Hadits di atas menjelaskan secara gamblang bahwa :
1. Keturunan beliau tidak terputus hingga hari kiamat, karena beliau menyatakan dengan ‘itroh (keturunan) yaitu keturunan dari sayyidah Fatimah, putri beliau yang diperjelas dengan pernyataan beliau :” keduanya (al-Qur’an dan keturunan beliau) tidak akan terputus hingga waktu di telaga Haudh”, karena tidak ada telaga Haudh kecuali di hari kiamat.
2. Semua dari keturunan beliau (anak-anak dari sydt Fatimah dan keturunannya) termasuk Ahlubait dan tidak ada pengkhususan ahlu bait kepada beberapa orang dari keturunan beliau karena beliau tidak men-takhsis sama sekali.
Dengan demikian keturunan dari putri-putri Nabi yang lain meskipun masih bisa dikatakan sebagai dzuriyah Rasul akan tetapi nasabnya tidak tersambung kepada Rasulullah. Begitu juga anak dari wanita keturunan siti Fatimah yang menikah lelaki yang bukan ahlul bait, maka nasabnya disandarkan kepada ayah mereka bukan kepada Ibunya.
Ayat taqwa
Dalam islam hubungan kekerabatan dengan orang-orang shaleh merupakan anugrah yang patut untuk disyukuri. Dalam Alqur`an Allah Berfirman :
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu” ( Al Kahfi : 82)
Kedua anak yatim tersebut hartanya terjaga karena kesholehan orang tua mereka, diceritakan oleh sebagian ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan ابوهما (ayahnya) dalam ayat adalah kakek ketujuh dari pihak ibu, Jika ini keadaan mereka maka bagaimana dengan keadaan keturunan pemimpin para shalihin, Rasulullah saw.
Hal ini tidak bertentangan dengan ayat :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al Hujurat : 13 )
Jika kita perhatikan potongan ayat sebelumnya yaitu :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Al Hujurat : 13 )
Menjadi jelas bahwa ayat ini tidak menafikan keutamaan nasab karena didalamnya Allah berfirman Bahwa Dia telah membagi manusia kedalam beberapa Syu`ub dan qabilah, sedangkan Syu`ub adalah garis keturunan yang tinggi dan qabilah adalah garis keturunan yang berada di bawah Syu’ub, Ini menunjukkan bahwa keutamaan nasab diakui dalam islam akan tetapi keutamaan tersebut menjadi tidak berarti jika tidak dibarengi dengan ketakwaan, oleh karena itu di akhir ayat tersebut Allah berfirman “.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”.
Dalam hadits sendiri banyak sekali isyarat mengenai hal ini, diantaranya adalah perkataan Rasulullah saw :
صحيح مسلم – - (4 / 1782)
إن الله اصطفى كنانة من ولد إسماعيل واصطفى قريشا من كنانة واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم
“Sesungguhnya Allah memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari kinanah dan memilih Bani Hasyim dari quraisy dan memilih aku dari Bani Hasyim” (HR Muslim)
Hadits Ini menunjukkan keutamaan nasab Quraisy dan Bani Hasyim, dibandingkan dengan suku lainnya jelas keutamaan di sini semata-mata dari segi keturunan saja.
Oleh karena itu tidak benar jika dikatakan bahwa hubungan kekerabatan dengan Rasulullah tidak bisa bermanfaat sama sekali karena Rasulullah saw sendiri pernah bersabda :
المعجم الكبير – (11 / 243)
11621 – حدثنا عيسى بن القاسم الصيدلاني البغدادي ثنا عبد الرحمن بن بشر بن الحكم المروزي ثنا موسى بن عبد العزيز العدني حدثني الحكم بن أبان عن عكرمة عن ابن عباس : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة إلا سببي ونسبي
“Setiap sebab dan nasab akan terputus di hari qiyamat kecuali sebabku dan nasabku”
Ini menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan dengan Rasulullah memiliki manfaat di hari kiamat.
Apakah hukum mencintai ahlul bait nabi muhammad SAW?

Ketahuilah sesungguhnya mencintai keluarga nabi muhammad SAW adalah suatu kewajiban bagi kita umat muslimin seperti apa yang telah di jelaskan oleh allah SWT di dalam firmanya :
{قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى} [الشورى : 23]
Artinya :
Katakanlah wahai muhammad SAW “aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada keluarga rasul”
المعجم الكبير – (11 / 444)
12259 – حدثنا محمد بن عبد الله الحضرمي ثنا حرب بن الحسن الطحان ثنا حسين الأشقر عن قيس عن الأعمش عن سعيد بن جبير عن ابن عباس قال : لما نزلت { قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى } قالوا : يا رسول الله من قرابتك هؤلاء الذين وجبت علينا مودتهم ؟ قال : علي و فاطمة وابناهما رضي الله عنهم
Setelah turunya ayat tersebut para sahabat bertanya siapakah ya rasulallah SAW “alqurba” yang kita wajib untuk mencintainya?
Rasulullah SAW menjawab : “ali, fatimah dan anak dari keduanya”
Apakah hukum membenci ahlul bait nabi muhammad SAW?
Banyak sekali di dalam alqur’an dan hadits menyebutkan ancaman bagi orang yang membenci ahlul bait nabi muhammad SAW, salah satunya sabda rasulullah SAW di dalam kitab mu’jam:
المعجم الكبير – (5 / 184)
5031 – حدثنا محمد بن راشد الأصبهاني ثنا إبراهيم بن سعيد الجوهري ثنا حسين بن محمد ثنا سليمان بن قرم عن أبي الجحاف عن إبراهيم بن عبد الرحمن بن صبيح عن جده عن زيد بن أرقم قال : مر النبي صلى الله عليه و سلم على بيت فيه فاطمة و علي و حسن و حسين فقال : أنا حرب لمن حاربهم وسلم لمن سالمهم
Artinya :
Pernah suatu ketika baginda muhammad SAW jalan di depan rumah sayyidah fatimah yang mana di dalam rumah tersebut terdapat imam ali, hasan, husain, dan sayyidah fatimah sendiri, kemudian beliau berkata ketika lewat di rumah tersebut ”saya memerangi orang yang memerangi mereka dan memberi keselamatan atas orang yang memberi keselamatan baginya”
Dan di dalam riwayat lain juga menyebutkan sebagai berikut :
)) اخرجه الطبرني و البيهقي((
ما بال اقوام يؤذنني في نسبي و ذوي رحمي, الا من اذي نسبي و ذوي رحمي فقد اذاني, و من اذني فقد اذي الله تعالي
Artinya :
Senantiasa suatu kaum menyakitiku dengan cara menyakiti nasabku dan sanak keluargaku, ketahuilah barang siapa menyakiti nasabku dan sanak keluargaku maka dia benar-benar telah menyakitiku, dan barang siapa menyakitiku maka dia telah menyakiti allah SWT.
Berhubungan dengan hadits nabi di atas ayat al-qur’an surat :
{ إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا} [الأحزاب : 57]
Artinya :
Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti allah dan rasulnya, allah akan melaknatnya di dunia dan akherat dan menyediakan adzab yang menhinakan bagi mereka.
Dan banyak lagi dari hadits-hadits menyebutkan ancaman atas orang yang menyakiti keluarga rasulullah SAW, semoga kita di jauhkan dari perilaku tersebut amien.

Allahu A'lam
http://anwartaufiq.com/artikel/%D8%A7%D9%87%D9%84-%D8%A7%D9%84%D8%A8%D9%8A%D8%AA-keluarga-nabi-muhammad.php

No comments:

Post a Comment