Dalam
syair Burdah-nya yang teramat indah dan termasyhur, Imam Syarafuddin
Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id Ash-Shanhaji Al-Bushiri mengungkapkan
bait-bait tawasul kepada Rasulullah SAW:
Wahai
makhluk yang paling mulia Tiada ada satu apa pun yang ‘ku bersandar
padanya selain engkau di saat turunnya bencana yang menimpa seluruh
makhluk
Wahai Rasulullah,
sungguh tiada berkurang derajatmu karenaku
di saat Yang Maha Pemurah bertajalli dengan asma-Nya Yang Maha Pendendam
Dahsyatnya
tawasul tidak hanya dikenal oleh umat Islam, melainkan sudah dikenal
oleh umat-umat penganut agama samawi sejak dahulu kala, sebagaimana
dinukilkan dalam kitab-kitab ulama. Karena manusia yang pertama kali
bertawasul adalah ayah semua manusia, yakni Nabi Adam AS.
Dari Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, “Setelah
Adam mengakui kesalahan yang dilakukannya, ia berkata, ‘Wahai Tuhanku,
Aku memohon dengan haq Muhammad agar Engkau mengampuniku.’
Allah berfirman, ‘Wahai Adam, bagaimana engkau tahu Muhammad padahal Aku belum menciptakannya.?
Adam menjawab, ‘Wahai
Tuhanku, (aku mengetahuinya) karena setelah Engkau menciptakanku dengan
tangan-Mu dan Engkau tiupkan ruh-Mu kepadaku, aku menengadahkan
kepalaku, maka aku lihat di atas tiang-tiang arsy tertulis La ilaha illallah Muhammadur rasulullah
(Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah rasul Allah). Aku pun
tahu bahwa sesungguhnya tiadalah Engkau menyandarkan suatu nama kepada
nama-Mu kecuali ia makhluk yang paling Engkau cintai.’
Allah
berfirman, ‘Engkau benar, wahai Adam. Sesungguhnya ia adalah makhluk
yang paling Aku cintai. Berdoalah kepadaku dengan haqnya, niscaya Aku
mengampunimu. Jika bukan karena Muhammad, niscaya tidak Aku ciptakan
dirimu.”
Lewat
jalur yang berbeda, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam
Al-Mustadrak, dari Ibn Abbas, terdapat tambahan lafazh, “Allah
berfirman, ‘Jika bukan karena Muhammad, niscaya tidak Aku ciptakan Adam, tidak pula surga, dan tidak pula neraka’.”
Hadits ini
diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Al-Hafizh As- Suyuthi
dalam Al-Khashaish an-Naba- wiyah, Al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwwah,
dan Ath-Thabarani dalam Al- Awsath.
Dalam
riwayat yang lain, sebagaimana dikeluarkan oleh Ibnul Mundzir dalam
tafsirnya, dari Muhammad Bin Ali bin Husain bin Ali, ia
berkata, “Setelah Adam melakukan kesalahan, teramat beratlah duka
yang dirasakannya dan teramat mendalam penyesalannya. Kemudian
datanglah Jibril menemuinya dan berkata, ‘Wahai Adam, maukah aku
tunjukkan kepadamu pintu taubatmu yang Allah akan mengampunimu melalui
pintu itu?’
Adam menjawab, ‘Tentu, wahai Jibril.’
Jibril
berkata, ‘Berdirilah, wahai Adam, duduklah di tempat engkau bermunajat
kepada Tuhanmu. Agungkanlah Dia dan pujilah, karena sesungguhnya tidak
ada sesuatu pun yang lebih Allah sukai daripada pujian.’
Adam bertanya kembali, ‘Lalu apa yang harus aku ucapkan, wahai Jibril?’
Jibril
berkata, ‘Ucapkanlah: Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha satu, tiada
sekutu bagi-Nya. Hanya bagi-Nyalah segala kekuasaan dan hanya milik-Nya-
lah segala pujian. Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan. Dia Maha hidup
dan tidak akan pernah mati. Di tangan-Nya-lah segala kebaikan dan Dia
Maha kuasa atas segala sesuatu. Setelah itu engkau akui kesalahanmu dan
ucapkan, ‘Mahasuci Engkau, ya Allah. Dengan segala puji bagi-Mu, tiada
Tuhan selain Engkau, wahai Tuhanku, sungguh aku telah berbuat zhalim
terhadap diriku sendiri dan aku telah perbuat keburukan, maka ampunilah
aku. Karena sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni selain Engkau. Ya
Allah, Aku memohon kepada-Mu dengan kedudukan Muhammad, hamba-Mu, dan
dengan kemuliaannya di hadapan-Mu, agar Engkau mengampuniku atas
kesalahanku.’
Maka Adam pun melakukannya.
Lalu Allah berkata, ‘Wahai Adam, siapa yang mengajarimu hal itu?’
Adam
menjawab, ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya setelah Engkau meniupkan ruh-Mu
dan aku telah menjadi manusia seutuhnya dan aku dapat mendengar,
melihat, memikirkan, dan mengamati, aku melihat di sisi arsy-Mu
tertulis Bismillahirrahmanirrahim, la Ilahaillallah wahdahu la
syarikalah Muhammadur rasulullah. Dan setelah aku tidak melihat setelah
nama-Mu nama seorang malaikat muqarrabin dan tidak pula nama seorang
nabi yang diutus pun selain namanya, mengertilah aku bahwa
sesungguhnya ia adalah makhluk paling mulia di sisi-Mu.’
Allah berfirman, ‘Engkau benar. Dan sungguh Aku telah menerima taubatmu dan mengampunimu’. -sarkub.com-
No comments:
Post a Comment