Abdullah bin Abdullah bin Ubay
adalah anak dari tokoh munafik, Abdullah bin Ubay, yang memeluk Islam dan
menjadi salah satu sahabat pilihan yang shalih. Sebelum kedatangan Nabi SAW ke
Madinah, ayahnya, Abdullah bin Ubay hampir diangkat jadi raja Madinah, kemudian
gagal karena kebanyakan penduduknya memeluk Islam dan menjadikan Nabi SAW
sebagai tokoh sentralnya, karena itulah ia begitu membenci Nabi SAW walau pada
lahirnya ia beragama Islam juga.
Ketika Rasulullah SAW mendengar pimpinan Banu Musthaliq, Al Harits bin Abu Dhirar menghimpun pasukan untuk memerangi kaum muslimin, Beliau menyusun pasukan dan segera berangkat ke tempat Banu Musthaliq. Dalam pasukan yang dipimpin sendiri oleh Nabi ini ikut juga
sekelompok kaum munafik, termasuk pimpinannya, Abdullah bin Ubay.
Setelah pertempuran usai dan dalam perjalanan kembali ke Madinah, Abdullah bin Ubay berkata pada kelompoknya, "Jika kita kembali ke Madinah, orang-orang yang terhormat akan mengusir orang-orang yang terhina."
Ucapan "terhina" ini
dimaksudkan pada Nabi SAW dan sahabat Muhajirin yang terusir dari Makkah.
Ketika kabar ini sampai kepada Nabi SAW lewat sahabat Zaid bin Arqam, Umar bin
Khaththab
meminta Nabi menyuruh Abbad bin Bisyr untuk membunuh tokoh munafik
tersebut. Tetapi Abdullah bin Ubay mengingkari kalau telah mengatakan itu,
sehingga terjadi suasana yang tegang dan penuh prasangka, sampai akhirnya turun
ayat yang membenarkan Zaid bin Arqam.Melihat perkembangan situasi tersebut, Abdullah bin Abdullah bin Ubay mendatangi Nabi SAW dan berkata, "Ya Rasulullah, jika engkau menginginkan ayahku dibunuh, perintahkanlah aku untuk membunuhnya! Karena kalau orang lain yang engkau perintahkan membunuh, aku khawatir aku tidak bisa bersabar untuk tidak menuntut balas atas kematiannya, yang karenanya aku akan masuk neraka. Semua orang Anshar tahu, aku adalah orang yang berbakti pada orang tuaku."
Rasulullah SAW menjawab, "Baiklah, berbaktilah kepada orang tuamu, ia tidak melihat darimu kecuali kebaikan."
Tahulah Abdullah bahwa Rasulullah memaafkan ayahnya. Namun demikian, sebagai wujud kecintaan yang lebih besar kepada Allah dan Rasul-Nya daripada orang tuanya, Abdullah menghadang dengan pedang terhunus, dan melarang ayahnya masuk kota Madinah, kecuali jika Nabi SAW telah mengijinkannya. Ketika mencoba memaksa, Abdullah menyerangnya dengan pedangnya itu sehingga ia mundur kembali. Dengan terpaksa ia mengirim utusan untuk meminta ijin Rasulullah SAW bagi tokoh munafik tersebut memasuki kota Madinah.
Bagaimanapun juga, Abdullah
adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ayahnya, dan itu telah lama
terbentuk sebelum Islam memasuki kota
Madinah. Anak tetaplah anak, dan ketika ayahnya tersebut meninggal, kesedihan
merasuki hatinya. Ia tahu bahwa orang tuanya itu mungkin hanya pantas berada di
neraka, namun demikian ia ingin menunjukkan bakti terakhirnya. Ia datang kepada
Nabi SAW meminta baju gamis beliau untuk mengkafani jenazahnya, dan beliau
mengabulkannya. Sekali lagi ia datang kepada beliau untuk menyalatkan
jenazahnya, dan beliau mengabulkannya, walau Umar sempat memprotes keras. Tetapi
setelah itu turun ayat 84 dari surat
at Taubah, yang melarang beliau untuk menyalati jenazah orang munafik dan
berdiri di atas kuburan mereka.
_________
حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو سَمِعَ جَابِرًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أُبَيٍّ بَعْدَ مَا دُفِنَ فَأَخْرَجَهُ فَنَفَثَ فِيهِ مِنْ رِيقِهِ وَأَلْبَسَهُ قَمِيصَهُ
"Telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Uyainah dari 'Amru bahwa dia mendengar Jabir radliallahu 'anhu berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi (jenazah) 'Abdullah bin Ubay setelah dimasukkan dalam kubur lalu Beliau mengeluarkannya, memberkahi dengan ludahnya dan memakaikan baju Beliau untuknya".
(Shahih Bukhari 1191)
Kisah-kisah Lain Sahabat-sahabat Rasulullah SAW
No comments:
Post a Comment